Review; Gereja Ayam

Dengan segala keindahan yang Magelang miliki, Gereja Ayam ini harus masuk dalam daftar tempat wisata yang harus dikunjungi.


Saya sedikit menyesal datang ke tempat ini di saat weekend. Mau foto di kepala ayamnya susah, ramai banget, alhasil gak dapet spot yang bagus deh, huhuhu. Itu siapa pula nyempil difoto kami, ish sebel.

Tidak ada rencana mau kesini sih. Rencananya cuma mau mau makan di tempat nongkrong biasa kami. Eh, dapet pinjeman gopro, daripada sia-sia, yaudah cari tempat wisata daerah Magelang. Karena udah lama pengen ke Gereja yang hitzz ini. Berangkat dari kampus sekitar jam 10 lebih. Berbekal maps, lagi. Perjalan memakan waktu sekitar setengah jam, kearah Borobudur.
            
Disarankan, untuk naik kendaraan pribadi ya. Motor, mobil, truk, bisa kok. Karena, kalau pakai kendaraan umum, paling hanya sampai daerah Borobudur aja. Kami sempat bingung karena maps mengarahkan kami ke kampung—tempat tinggal penduduk sekitar. Disana jalan buntu, hanya ada rumah penduduk dengan jalan masih tanah merah.
            
Akhirnya kami bertanya pada penduduk sekitar, hihihi malu juga, sih. Ternyata salah jalan, kami diberi petunjuk begini-begini, lewat sini, belok sini. Akhirnya, kelihatan juga si kepala ayam dari tempat kami berada. Sekitar lima menit, kami sampai di tempat parkir. Seperti biasa, hanya lahan didepan rumah penduduk sekitar yang dijadikan tempat parkir.
            
Dari tempat parkir, kami masih harus naik keatas, kurang lebih 200 meter, dengan tanjakan yang cukup terjal dan menguras tenaga. Please, jangan pake wedges ataupun heels, ya, kalau tidak mau kaki kalian lecet.
            
Nafas kami terengah ketika melihat Gereja Ayam tepat didepan mata kami. Sebenarnya, sudah disediakan yang namanya ojek mobil, tarifnya 5k untuk sekali perjalanan. Tapi, kami baru tahu ada ojek mobil pas kami sudah berada dipuncak, yasudalah, apalah daya kami.


Tempatnya rame banget! Sepertinya kami salah memilih hari, dikarenakan pas itu juga libur panjang nasional. Kami rasa penasaran kami tinggi, akhirnya kami putuskan untuk masuk ke dalam Gereja. Masih berantakan sekali karena dalam tahap pembangunan. Bagian dalam Gereja hanya ruang yang luas.
            
Tiket masuknya, 10k. Padahal kalau hari biasa hanya 5k, kata temen saya.
            
Kurang puas, akhirnya kami naik ke atas. Tangganya juga masih dalam tahap pembangunan, hanya tangga kayu yang rapuh, jadi harus extra hati-hati, ya!


Saat naik keatas pun kami harus bergantian, menunggu orang-orang yang ada di kepala Ayam puas berselfie ria. Tangganya pun masih tangga kayu, so, kalian mesti harus berhati-hati lagi.


Ini foto saya ambil, ketika dalam perjalanan menuju kepala ayam. Yang dibelakang itu buntut ayamnya, hehehe.

            
Panas! Ditambah orang-orang berdesakan untuk dapat spot foto yang bagus, begitu pun dengan kami. Alhasil, hanya dapat beberapa foto, dan itu cacat semua. Tidak sesuai dengan harapan kami. Karena panas yang begitu menyengat, kami memutuskan turun.
            
Kalau ditanya, mau kesini lagi atau tidak?
            
Hmm, saya bakal pikir-pikir dulu, deh. Selain medannya yang membuat nafas terengah-engah, saya harus memilih waktu, hari yang bagus untuk mendapatkan foto yang sempurna.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Borobudur; Made a Little Memories