Review; Kalibiru

Don’t run before you can walk.


Kalibiru wisata alam ini terletak di Kabupaten Kulonprogo, masuk ke dalam Provinsi DIY.
            
Tidak ada persiapan apapun saat saya dan teman-teman saya kesini. Berangkat dari Magelang sekitar jam 10 pagi, setelah mendapat pinjaman kamera, hehehe. Kami juga tidak tahu tempat seperti apa Kalibiru itu. Pertamanya, saya berpikir akan ada sungai dengan air warna biru yang cantik (?).
            
Berbekal maps, perjalanan kami berjalan lancar. Saya sarankan jika mengandalkan maps, pakailah provider yang memang sinyalnya bagus dan menjangkau pegunungan. Kami berjalan kearah Candi Borobudur, karena itu jalan tercepat, menurut maps. Meninggalkan daerah Megelang, kami sudah memasuki DIY, jalannya sudah mulai sedikit menantang. Lurus, berkelok, menanjak, menurun, duh, kalau mengantuk ini bisa celaka banget. Kanan kiri hanyalah perkebunan, dengan pohon-pohon menjulang tinggi dan beberapa rumah warga.
            
Lebih sejam sudah perjalanan kami. Sekarang medannya lebih menantang, jarak kami hanya tinggal 15 menit dari tempat wisata. Saat itu, kendaraan yang kami gunakan adalah motor matic dan untuk berboncengan. Tanjakannya, benar-benar membuat jantung saya berdebar-debar. Motor benar-benar di gaspooll. Kalau sudah sampai sini, kalian tidak memerlukan maps, karena sudah ada petunjuk papan kayu yang menunjukan arah tempat wisata.
            
Kanan-kiri hanyalah tebing-tebing dengan pohon-pohon menjulang tinggi. Saya sarankan, jika ingin menggunakan kendaraan bermotor, pilihlah motor bebek atau kopling, ya alasannya untuk lebih nyaman saja. Jika ingin menggunakan mobil, pilihlah supir yang memang sudah menguasai medan seperti tanjak-menanjak, hehehe. Karena, teman saya sempat lebih memilih turun dari motor saat tanjakan yang terjal.
            
Usaha kami tidak sia-sia. Sekitar jam 12 kurang beberapa menit kami tiba ditempat wisata. Dengan membayar tiket seharga 3k kalian sudah bisa menikmati indahnya alam Indonesia. Anginnya sejuk sekali. Tapi, sekali lagi kami harus menanjak keatas untuk mencapai spot foto yang sedang ramai di perbincangkan di sosmed.
            
Disediakan 3 spot foto diatas papan kayu dengan keamanan yang baik. Dan, lagi, lagi harus mengantri. Untuk satu foto dikenakan biaya 5k. Bagus sih, tapi kami males untuk mengantri, kami melanjutkan perjalan. Cukup melelahkan sih.

Seperti itulah spot fotonya.



Foto ini diambil setelah spot foto kedua. Saya sengaja tidak mengeditnya, ya. Biar kalian tidak kecewa dengan realitanya. But, you can see how beautifull pemandangan alam disana. Rasanya ingin kembali lagi. Saat kami berkunjung, sekitar akhir bulan januari, ramai sih, tapi masih tetap bisa dapat foto yang cantik, kok.


Perjalanan menuruni anak tangga, disana—bisa dilihat, sudah disediakan tempat untuk beristirahat sambil jajan-jajan dulu, tapi harganya—hmm, kalian tahu sendiri lah. Saya sarankan untuk membawa bekal sendiri, terutama air minum, karena pasti akan sangat lelah sekali dengan jalan yang naik turun.



Kami melanjutkan perjalanan hingga spot foto terakhir dan paling ujung. Disini kita bisa bersantai dengan menaiki wahana yang mengingatkan kita pada masa-masa kecil. Kecuali, kalian yang tidak pernah kecil dan langsung besar (?)

            
Sebenarnya tempatnya sudah bangus, sangat sangat bagus malahan. Tapi, sayangnya hanya tempat untuk spot foto saja, hmm. Tempatnya juga bersih kok, banyak tempat sampah disetiap sudut. So, buat kalian yang anak hitss, tolong ya jaga kebersihan, jangan dirusak fasilitas yang ada. Saya malah berharap tempat ini jauh dari jangkauan manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab, supaya tetap masih ada nilai keindahannya.

Sudah habis spot fotonya dan tidak terasa sudah hampir jam 3. Langit juga sudah mulai mendung. Kapan-kapan kita kesini berdua ya, Mas? Hehehe.
            
Thanks buat Zamzah yang udah banyak ngambil gambar buat kami.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Borobudur; Made a Little Memories